Jumat, 24 April 2009

Everything Is Not What It Seems


Tertarik sama judul lagu Selena Gomez, saya berfikir untuk menjadikannya sebagai judul posting baru saya ini. Bukan cuma karena kedengeran catchy, tapi juga karena rasanya memang saya baru sadar akan makna dari kata-kata itu.
Flash back ke jaman sibuk-sibuknya bimbel buat menghadapi UAN dan SNMPTN. Terlebih waktu konsultasi sama guru BIP (Bimbingan Informasi Pendidikan) di bimbel Nurul Fikri. "Jurusan apa yang cocok untuk saya?" Hmmm, pertanyaan standar yang ditanyakan hampir seluruh siswa bimbel. Saya pun belum menemukan jawaban itu bahkan setelah menginjak semester 2 kelas XII. Tapi sebuah nasehat dari seorang guru sangat membekas di hati saya:
"Lebih baik mana, sibuk memikirkan jurusan apa yang akan kamu pilih atau sibuk berlatih soal-soal agar nilai kamu cukup untuk memilih jurusan apapun yang kamu mau?"
Ups, you are right Mister!
Tapi dasar saya yang bandel, tetap saja pusing memikirkan itu. Habis bagi saya, kalau belum ada tujuan, belajar jadi tidak semangat. Ada saja alasannya ya...
Saya mendapat dua opsi berbeda dari orangtua:
Teknik Elektro
Kedokteran
Waw, dua pilihan yang tinggi dan gak nyambung satu sama lain. Bukan keputusan yang tepat untuk menjadikan keduanya pilihan di lembar SNMPTN. (Kata orang sih namanya bunuh diri)
Lalu, saya kembali berpikir... (sambil bertindak juga sih)
Akhirnya, saya memilih untuk mengikuti kata ibu saya: Pendidikan Dokter. Mantap, pilihan satu dan pilihan dua Pendidikan Dokter di 2 universitas berbeda (jelas...), di kota bahkan provinsi yang berbeda.
Alhamdulillah, Allah memberi saya kepercayaan untuk lulus SNMPTN pada kesempatan pertama. Walaupun di pilihan kedua, yang berarti saya harus berada ratusan kilometer dari rumah saya, tapi itu merupakan suatu karunia yang luar biasa. Biarpun kata orang saya seharusnya bisa lolos pilihan pertama, tapi saya yakin inilah pilihan yang terbaik untuk saya. Mulai nyambung nih: "Because everything is not what it seems"
Salah satu hal yang tidak saya sadari ketika saya memilih untuk menjadi mahasiswa kedokteran adalah bahwa sebenarnya kemampuan saya bukan di bidang hafalan. Selama SMA, nilai sempurna sering saya dapatkan untuk pelajaran fisika dan matematika, tapi belum pernah sekalipun untuk pelajaran biologi. Awalnya saya pikir, kuliah nanti kan saya hanya tinggal fokus menghafal, jadi ya akan mudah-mudah saja mengganti pola belajar saya selama ini. Kalau SMA kan mata pelajarannya banyak. Ya matematika ada, fisika ada, kimia, sejarah, kewarganegaraan, seni rupa, dan masih banyak lagi. Kalau kuliah fokus sama biologi kedokteran, rumus-rumus dilupakan. It's so simple, isn't it? Ow...ow... Sayangnya: "Everything is not what it seems"
Stress, pusing, bingung, ga jelas, itu yang saya rasakan hampir setiap hari. Bagaimana tidak? Pola belajar saya yang dulu harus segera ditinggalkan. Tidak ada lagi rumus-rumus yang dihafal dalam waktu singkat dan bisa diaplikasikan dalam ratusan soal sekaligus. Semua harus dihafal dan dihafal... Make me so bored.
Saya pikir, cepat atau lambat saya akan mati kutu di sini. Jadi orang paling bodoh seangkatan. Mendapat IP paling kecil atau mengulang semua mata kuliah (Duh, lebay...). Sempat terlintas di pikiran saya bahkan sempat saya ungkapkan pada orangtua untuk pindah jurusan saja. Jelas saja orangtua bingung. Tapi karena tidak tega dengan keluhan yang terkesan amat menderita, beliau memberi saya kesempatan untuk mencoba lagi pada SNMPTN tahun depan.
Tapi seiring berjalannya waktu, lagi-lagi saya harus mengatakan, bahwa “everything is not what it seems”. Memang semua itu bukanlah hal yang mudah. I can’t do anything just with snap of my fingers. Segala sesuatu itu butuh pengorbanan, butuh perjuangan. Tidak muncul dan terjadi tiba-tiba, bahkan sebuah pertunjukkan sulap sekalipun butuh latihan keterampilan sebelumnya.
“Just enjoy the process,” itulah kata-kata yang sering diucapkan guruku ketika aku mengeluh kesulitan dalam belajar. Betul, proses itu akan tetap berjalan. Pilihannya, apakah kita akan menikmatinya atau mengeluhkannya. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia, karena kegagalan pun sudah berupa sukses yang tertunda kenikmatannya.
So, when everything is over… semua kelihatan baik-baik saja. Semua yang kita hadapi penuh dengan air mata dan darah pun dapat kita kenang dengan tawa. Yeah, itulah menurut saya makna dari “Everything is not what it seems.”
To my lovely Mom… Terima kasih untuk semua nasehat dan dukungannya. Semoga saya bisa membuktikan bahwa saya bisa menjadi yang terbaik, tidak berarti harus lulus dengan IPK terbaik atau menjadi mendapat pekerjaan dengan gaji paling bagus. Tapi terbaik dari apa yang bisa saya lakukan, sehingga ketika saya sudah sampai pada final dan melihat ke belakang, saya tidak menyesali apapun.
Ibu selalu bilang,
“Jangan menunggu datangnya kebahagiaan untuk mebuatmu tersenyum. Tapi tersenyumlah agar dirimu bahagia…”


0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Serasa baru kemarin memantapkan hati untuk serius berkecimpung di dunia kedokteran. Yup, dimulai dengan menjadi salahsatu mahasiswa Pendidikan dokter Universitas Sebelas Maret, Surakarta angkatan 2008. Semoga bisa memberikan dedikasi... ^^
 

DiaRy IcHa Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez